KOMPAS.com - Sebanyak 89 inovasi dan karya ilmiah remaja dan guru akan dipamerkan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Senin (3/9/2011) mendatang. Karya tersebut adalah hasil kerja finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke 43, Limba Karya Ilmiah guru (LKIG) ke 19, Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) ke 10 dan National Young Inventor Awards (NYIA) ke 4 yang diadakan LIPI dan AJB Bumiputera.
Beberapa karya menarik finalis NYIA yang akan dipamerkan adalah tinta berbasis limbah kedelai karya siswa Universitas Pelita Harapan College, Jakarta, "Intelligent Door" karya siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta dan "Water Coated Helmet" karya siswa SD Petra 13 Sidoarjo.
Total finalis NYIA kali ini ada 15 tim dan seluruh karya para finalis bisa dilihat pada pameran ini. Sementara, hasil karya finalis LKIR yang akan dipamerkan antara lain perbedaan perilaku mencari makan koloni semut rangsang dan semut hitam hasil analisis siswa SMA Negeri 28 Jakarta pada bidang IPA. Pada bidang teknik, ada karya siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta dengan judul Visualisasi Kesenian Wayang Kulit Tradisional. Ada pula hasil studi nasionalisme anak-anak kawasan perbatasan pada bidang humaniora.
Salah satu finalis LKIG akan memamerkan konsep menarik perhatian siswa autis dengan menggunakan Media Refleksi Kartu Gambar Beraroma (Sikaroma) yang jika terbukti kehandalannya tentu bisa berkontribusi pada edukasi anak-anak berkebutuhan khusus.
Sementara dari finalis PPRI, ada sejumlah 15 karya yang terbagi pada bidang ilmu pengetahuan alam, sosial dan teknik rekayasa.
Kepala LIPI Pro Dr Lukman Hakim mengatakan bahwa LIPI sebagai lembaga penelitian memiliki kewajiban untuk menarik minat remaja melakukan kegiatan riset. "Salah satu langkahnya dengan menyelenggarakan kompetisi ilmiah dengan tujuan membangkitkan budaya meneliti di kalangan remaja dan guru," katanya dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com hari ini.
Lukman mengatakan bahwa berdasarkan laporan Global Information Technology Report 2011, Indonesia menempati peringkat Networkes Readiness Index ke 53, naik dari peringkat 67 tahun sebelumnya. Ini berarti bahwa penetrasi teknologi kian besar. Namun, Indonesia masih ada pada peringkat 35 dari 58 negara yang disurvei dalam Institute Development World Competitiveness. Karenanya, Indonesia masih perlu mengembangkan banyak hal, termasuk penelitian.